Tampilkan postingan dengan label Kota Tua. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kota Tua. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Oktober 2020

Kota Tua Jakarta

Masa kuliah adalah masa yang paling menyenangkan karena tiap semester selalu keluar kota untuk Perkuliahan Luar Kelas atau disingkat jadi PLK. PLK ini adalah kegiatan wajib bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah Unesa tiap semester dan tiap semesternya selalu ke tempat yang berbeda, disesuaikan dengan materi perkuliahan. 

Pada semester enam tahun 2015, saya dan teman-teman antusias banget karena mau PLK ke Jakarta. Walaupun saya  sendiri sudah pernah ke Jakarta, tapi untuk pertama kalinya, saya dan teman-teman pergi naik bis ke luar kota yang jauh dari Surabaya selama kurang lebih seminggu! Secara saya sendiri adalah anak rumahan yang gak pernah ke luar kota bareng temen (kecuali PLK sih 😂), jadi ini tuh bener-bener pengalaman baru dan berharga buat saya.
Tujuan utama PLK semester enam adalah mencari sumber arsip yang dapat digunakan untuk laporan akhir mata kuliah arsip dan juga sebagai bahan skripsi. Pencarian arsip dilakukan di ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) dan Perpusnas (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia), tapiiii yang namanya anak muda selalu pengeeeen refreshing dan jalan-jalan sama temennya, kita juga pergi ke Kota Tua dan beberapa museum di Jakarta.

(Kota Tua Jakarta)

Dikutip dari website resmi portal pemerintah provinsi DKI Jakarta, Kota Tua Jakarta atau Batavia Lama (Oud Batavia) terletak di Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat. Wilayah ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka). Di utara, Kota Tua berbatasan dengan Pasar Ikan, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Laut Jawa. Bagian selatan, berbatasan dengan Jalan Jembatan Batu dan Jalan Asemka. Bagian barat, berbatasan dengan Kali Krukut, dan bagian timur berbatasan dengan Kali Ciliwung. 
Jakarta pada jaman dahulu bernama Sunda Kelapa yang kemudian berganti nama menjadi Jayakarta setelah Pelabuhan Sunda Kelapa berhasil direbut oleh Fatahillah pada 1526. Lalu pada 1619, kota Jayakarta berhasil direbut dan dihancurkan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau perusahaan kongsi dagang milik Hindia Belanda. Setahun setelah menghancurkan kota Jakarta, VOC membangun kembali kota baru di wilayah Jayakarta dan dinamai Batavia. Selama masa pendudukan Jepang, kota Batavia berganti nama menjadi Jakarta. 
Kota Tua adalah gambaran kota Jakarta pada masa lampau, dimana di kawasan tersebut, dapat ditemui beberapa bangunan yang masih dijaga keasliannya. Beberapa bangunan tersebut adalah, Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Toko Merah.

(Pose dulu, sesaat sebelum memasuki kawasan Kota Tua)

Ketika baru sampai di depan pintu masuk Kota Tua, saya melihat ada bus Transjakarta lalu lalang di kawasan tersebut. Saya kira akses transportasi umum ke Kota Tua hanya bus Transjakarta, tapi pengunjung juga bisa menggunakan Commuter Line Kereta Api Indonesia jurusan Stasiun Kota (Beos). Pada saat itu suasana disana ramai banget, padahal bukan hari libur. Kawasan tersebut memang salah satu destinasi wisata populer di Jakarta. Untuk masuk ke kawasan kota Tua, pengunjung tidak dikenakan biaya alias GRATIS, namun untuk masuk ke museumnya bayar yaaa pemirsaaa. Tapi tenang aja, tiketnya cuman seharga satu permen relaxa yaitu Rp. 1000-Rp.2500. Murah kaaan? Ada juga museum yang gratis alias tidak dikenakan biaya masuk, yaitu museum Bank Indonesia. 
Setelah masuk ke kawasan Kota Tua, feel jaman Belanda tuh kerasa banget karena bangunan-bangunan Belanda disana masih dipertahankan keasliannya. Pada saat saya berkunjung tahun 2015, banyak pedagang kaki lima di luar maupun di dalam kawasan Kota Tua. Mereka menjual berbagai macam oleh-oleh seperti kaos, gantungan kunci, boneka ondel-ondel, serta berbagai macam pernak-pernik khas Jakarta. Disana juga ada berbagai macam makanan khas Jakarta, seperti kerak telor dan ketoprak. Kota tua juga menjadi tempat untuk berkreasi. Banyak perlombaan, pameran seni sampai pentas musik di kawasan tersebut. Belum lagi ada beberapa museum di kawasan Kota Tua sebagai tempat untuk belajar sejarah. Paket komplit gak sih???

(Baris 1 dari kiri kekanan: Pandya, Saya, dan April; Baris 2 dari kiri kekanan: Lia dan Aisyah; Baris 3 dari kiri ke kanan: Destya, Aif, Fery, dan David)
(Berpose di depan Museum Fatahillah)

Di Kota Tua, pengunjung bisa menyewa sepeda onthel untuk keliling kawasan Kota Tua. Tarif sewa sepeda antara Rp. 75.000-Rp. 100.000, bergantung pada durasi pemakaian sepeda. Sayangnya, saya waktu itu tidak sempat menyewa dan mengunjungi banyak museum karena saya ingin mengelilingi kawasan Kota Tua dengan berjalan kaki dengan teman-teman. Saya dan teman-teman menelusuri kawasan Kota Tua sekaligus melihat-lihat dan membeli beberapa oleh-oleh khas Jakarta dipedagang kaki lima sebelah museum Fatahillah, sampai kami berhenti di depan Museum Bank Indonesia dan memutuskan untuk masuk ke dalam. 

(Foto di depan Museum Bank Indonesia)

Museum Bank Indonesia terletak di belakang pusat Kota Tua Jakarta, tepatnya di Jalan Pintu Besar Utara No. 3. Museum ini menyajikan informasi mengenai peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah Indonesia hingga sejarah terbentuknya Bank Indonesia, kebijakan-kebijakan, dan juga sejarah uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dikemas dalam bentuk diorama, gambar, foto maupun papan informasi. 

(Lobby Museum Bank Indonesia)
(Berfoto didepan diorama)
(Menjadi model untuk pecahan uang Rp. 50.000)

Sayangnya, saya dan teman-teman hanya berhasil mengunjungi Museum Bank Indonesia saja karena kami diberi batas waktu oleh dosen dan panitia PLK ketika berkunjung ke Kota Tua. Padahal saya pengeeeeen banget mengunjungi semua museum di kawasan Kota Tua buat share pengalaman 😊

(Halaman tengah Museum Bank Indonesia)

Semoga tulisan saya bermanfaat dan menjadi informasi bagi kalian yang ingin mencari rekomendasi destinasi wisata di Jakarta yang tidak hanya menjadi destinasi wisata rekreasi, tapi juga destinasi wisata edukasi, sejarah, dan budaya!


Sumber :



Find Article