Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Oktober 2020

Museum Kebangkitan Nasional - Virtual Tour

Pada masa pandemi covid-19 seperti sekarang, banyak tempat hiburan dan wisata yang ditutup oleh pemerintah agar virus corona tidak semakin menyebar dan menimbulkan klaster baru di masyarakat. Pemerintah juga menghimbau masyarakat untuk tetap dirumah, tapii yang namanya dirumah aja pasti bosen dongg?? ๐Ÿ˜Œ
Apalagi sekarang sudah memasuki bulan ke delapan penyebaran virus corona, jadi rasanya tuhhh galau pengen keluar jalan-jalan karena bosen dirumah aja, tapi takut kena virus corona kalau keluar jalan-jalan. Ahaaa tenang, saya punya solusinya ๐Ÿ˜‚


Untuk mengatasi rasa bosan karena dirumah terus, kita bisa jalan-jalan mengelilingi museum secara virtual dan mendapatkan informasi mengenai museum tanpa khawatir terkena virus corona. Hebaat gak tuh? saya pas tau pertama kali aja langsung amazing, binggung mau ngomong apa lagi karena sanking takjubnya hehe. Museum yang akan saya kunjungi secara virtual kali ini adalah Musem Kebangkitan Nasional. Saya pribadi pernah mengunjungi museum ini pada PLK (Perkuliahan Luar Kelas) semester enam, tepatnya tahun 2015.
(Halaman kompleks Museum Kebangkitan Nasional)
(Salah satu ruangan Museum Kebangkitan Nasional)

Museum Kebangkitan Nasional berada di Jalan Dr. Abdul Rahman Saleh No. 26, Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Dikutip dari website resmi Museum Kebangkitan Nasional, gedung museum dulunya adalah tempat pendidikan STOVIA (School Tot Opleding Van Inlandsche Artsen) atau Sekolah Kedokteran Bagi Bumi Putera, sekaligus asrama yang dibangun pada 1851. Gedung STOVIA adalah tempat lahir Boedi Oetomo sebagai organisasi kebangsaan pertama di Indonesia pada 20 Mei 1908.
(Berpose di ruang asrama STOVIA, mohon maap komuk kumus-kumus banget hehe)
(Ruangan meja operasi bedah)

Boedi Oetomo digagas oleh Dr. Wahidin Soediro Hoesodo dan didirikan oleh Dr. Soetomo serta Goenawan Mangoenkoesoemo. Hari lahirnya Boedi Oetomo sangat penting bagi bangsa Indonesia karena menjadi tonggak sejarah, menandai perubahan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah yang awalnya bersifat kedaerahan dan menggunakan senjata menjadi perjuangan yang tidak lagi menggunakan senjata, melainkan menggunakan diplomasi dan bersifat nasional. Gedung STOVIA mempunyai nilai sejarah yang tinggi, sehingga pemerintah DKI Jakarta memugar gedung pada 6 April 1973, kemudian presiden Soeharto meresmikan pemanfaatan gedung STOVIA menjadi Museum Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1974.

Untuk melakukan kunjungan museum secara virtual, kamu bisa mengunjungi website resmi Museum Kebangkitan Nasional. Setelah website terbuka, langsung aja klik tulisan "Lihat Denah".
(Klik "Lihat Denah", untuk melihat denah ruangan)
(Denah Museum Kebangkitan Nasional)

Setelah klik denah, akan muncul tampilan denah ruangan museum Kebangkitan Nasional. Sayangnya, ada beberapa ruangan yang belum bisa kita kunjungi secara virtual (ruangan berwarna abu-abu). Ruangan-ruangan tersebut bisa kamu kunjungi dengan klik ruangan berwarna biru. Naaah kali ini saya mau ke R10, yaitu ruang asrama STOVIA. Setelah diklik, akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

Untuk mengelilingi ruangan, kamu bisa geser kekanan, kekiri, kebawah, dan keatas. Setelah klik ruang R10, saya heran banget karena kunjungan museum secara virtual ini bener-bener sama seperti ketika berkunjung langsung kesana. Bahkan lampu-lampu yang ada di ruang tersebut bisa kita lihaat dengan cara geser kebawah. Detail banngeeet kaaan??
(Tampilan ruangan setelah digeser kekanan)

Oiaaa...gak cuman geser kekanan dan kiri aja, kamu juga bisa maju kedepan untuk melihat keseluruhan ruangan. Naaah caranya adalah dengan klik tanda panah berwarna biru, sama seperti ketika mengoperasikan aplikasi Google Street View. Lebih amazingnya lagi, kita juga bisa mendapatkan informasi mengenai ruangan-ruangan tersebut dengan klik simbol informasi di pojok kanan bawah.
(Informasi Ruang Asrama STOVIA)

Jika ingin melihat ruangan yang lain, jangan lupa untuk klik tanda silang (x) untuk menghilangkan kotak dialog informasi mengenai Ruang 10. Lalu klik tanda back (๐Ÿขจ) yang berada di sebelah pojok kiri atas. Setelah itu, tampilan akan beralih ke tampilan "Lihat Denah". Pada kunjungan virtual museum Kebangkitan Nasional juga disediakan fasilitas zoom out dan zoom in untuk melihat tulisan di papan informasi secara detail dan jelas.
(Informasi di Ruang 04 lebih jelas dan detal setelah dizoom out)

Naaaaah gimana, seru kan??? atau masih gak paham cara berkunjung ke Museum Kebangkitan secara virtual? Kalau masih gak paham, langsung aja lihat cuplikan berikut ini ๐Ÿ˜‚


Langsung penasaran kan? Yuk langsung kunjungi Museum Kebangkitan Nasional secara virtual! Semoga semua museum di Indonesia bisa menyediakan fasilitas kunjungan secara virtual agar dapat berkunjung ke museum tanpa khawatir akan penularan virus corona ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š


Sumber :

Buku PDF Gratis dari Website Museum Kebangkitan Nasional :



 

Selasa, 20 Oktober 2020

Kota Tua Jakarta

Masa kuliah adalah masa yang paling menyenangkan karena tiap semester selalu keluar kota untuk Perkuliahan Luar Kelas atau disingkat jadi PLK. PLK ini adalah kegiatan wajib bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah Unesa tiap semester dan tiap semesternya selalu ke tempat yang berbeda, disesuaikan dengan materi perkuliahan. 

Pada semester enam tahun 2015, saya dan teman-teman antusias banget karena mau PLK ke Jakarta. Walaupun saya  sendiri sudah pernah ke Jakarta, tapi untuk pertama kalinya, saya dan teman-teman pergi naik bis ke luar kota yang jauh dari Surabaya selama kurang lebih seminggu! Secara saya sendiri adalah anak rumahan yang gak pernah ke luar kota bareng temen (kecuali PLK sih ๐Ÿ˜‚), jadi ini tuh bener-bener pengalaman baru dan berharga buat saya.
Tujuan utama PLK semester enam adalah mencari sumber arsip yang dapat digunakan untuk laporan akhir mata kuliah arsip dan juga sebagai bahan skripsi. Pencarian arsip dilakukan di ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) dan Perpusnas (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia), tapiiii yang namanya anak muda selalu pengeeeen refreshing dan jalan-jalan sama temennya, kita juga pergi ke Kota Tua dan beberapa museum di Jakarta.

(Kota Tua Jakarta)

Dikutip dari website resmi portal pemerintah provinsi DKI Jakarta, Kota Tua Jakarta atau Batavia Lama (Oud Batavia) terletak di Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat. Wilayah ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka). Di utara, Kota Tua berbatasan dengan Pasar Ikan, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Laut Jawa. Bagian selatan, berbatasan dengan Jalan Jembatan Batu dan Jalan Asemka. Bagian barat, berbatasan dengan Kali Krukut, dan bagian timur berbatasan dengan Kali Ciliwung. 
Jakarta pada jaman dahulu bernama Sunda Kelapa yang kemudian berganti nama menjadi Jayakarta setelah Pelabuhan Sunda Kelapa berhasil direbut oleh Fatahillah pada 1526. Lalu pada 1619, kota Jayakarta berhasil direbut dan dihancurkan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau perusahaan kongsi dagang milik Hindia Belanda. Setahun setelah menghancurkan kota Jakarta, VOC membangun kembali kota baru di wilayah Jayakarta dan dinamai Batavia. Selama masa pendudukan Jepang, kota Batavia berganti nama menjadi Jakarta. 
Kota Tua adalah gambaran kota Jakarta pada masa lampau, dimana di kawasan tersebut, dapat ditemui beberapa bangunan yang masih dijaga keasliannya. Beberapa bangunan tersebut adalah, Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Toko Merah.

(Pose dulu, sesaat sebelum memasuki kawasan Kota Tua)

Ketika baru sampai di depan pintu masuk Kota Tua, saya melihat ada bus Transjakarta lalu lalang di kawasan tersebut. Saya kira akses transportasi umum ke Kota Tua hanya bus Transjakarta, tapi pengunjung juga bisa menggunakan Commuter Line Kereta Api Indonesia jurusan Stasiun Kota (Beos). Pada saat itu suasana disana ramai banget, padahal bukan hari libur. Kawasan tersebut memang salah satu destinasi wisata populer di Jakarta. Untuk masuk ke kawasan kota Tua, pengunjung tidak dikenakan biaya alias GRATIS, namun untuk masuk ke museumnya bayar yaaa pemirsaaa. Tapi tenang aja, tiketnya cuman seharga satu permen relaxa yaitu Rp. 1000-Rp.2500. Murah kaaan? Ada juga museum yang gratis alias tidak dikenakan biaya masuk, yaitu museum Bank Indonesia. 
Setelah masuk ke kawasan Kota Tua, feel jaman Belanda tuh kerasa banget karena bangunan-bangunan Belanda disana masih dipertahankan keasliannya. Pada saat saya berkunjung tahun 2015, banyak pedagang kaki lima di luar maupun di dalam kawasan Kota Tua. Mereka menjual berbagai macam oleh-oleh seperti kaos, gantungan kunci, boneka ondel-ondel, serta berbagai macam pernak-pernik khas Jakarta. Disana juga ada berbagai macam makanan khas Jakarta, seperti kerak telor dan ketoprak. Kota tua juga menjadi tempat untuk berkreasi. Banyak perlombaan, pameran seni sampai pentas musik di kawasan tersebut. Belum lagi ada beberapa museum di kawasan Kota Tua sebagai tempat untuk belajar sejarah. Paket komplit gak sih???

(Baris 1 dari kiri kekanan: Pandya, Saya, dan April; Baris 2 dari kiri kekanan: Lia dan Aisyah; Baris 3 dari kiri ke kanan: Destya, Aif, Fery, dan David)
(Berpose di depan Museum Fatahillah)

Di Kota Tua, pengunjung bisa menyewa sepeda onthel untuk keliling kawasan Kota Tua. Tarif sewa sepeda antara Rp. 75.000-Rp. 100.000, bergantung pada durasi pemakaian sepeda. Sayangnya, saya waktu itu tidak sempat menyewa dan mengunjungi banyak museum karena saya ingin mengelilingi kawasan Kota Tua dengan berjalan kaki dengan teman-teman. Saya dan teman-teman menelusuri kawasan Kota Tua sekaligus melihat-lihat dan membeli beberapa oleh-oleh khas Jakarta dipedagang kaki lima sebelah museum Fatahillah, sampai kami berhenti di depan Museum Bank Indonesia dan memutuskan untuk masuk ke dalam. 

(Foto di depan Museum Bank Indonesia)

Museum Bank Indonesia terletak di belakang pusat Kota Tua Jakarta, tepatnya di Jalan Pintu Besar Utara No. 3. Museum ini menyajikan informasi mengenai peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah Indonesia hingga sejarah terbentuknya Bank Indonesia, kebijakan-kebijakan, dan juga sejarah uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dikemas dalam bentuk diorama, gambar, foto maupun papan informasi. 

(Lobby Museum Bank Indonesia)
(Berfoto didepan diorama)
(Menjadi model untuk pecahan uang Rp. 50.000)

Sayangnya, saya dan teman-teman hanya berhasil mengunjungi Museum Bank Indonesia saja karena kami diberi batas waktu oleh dosen dan panitia PLK ketika berkunjung ke Kota Tua. Padahal saya pengeeeeen banget mengunjungi semua museum di kawasan Kota Tua buat share pengalaman ๐Ÿ˜Š

(Halaman tengah Museum Bank Indonesia)

Semoga tulisan saya bermanfaat dan menjadi informasi bagi kalian yang ingin mencari rekomendasi destinasi wisata di Jakarta yang tidak hanya menjadi destinasi wisata rekreasi, tapi juga destinasi wisata edukasi, sejarah, dan budaya!


Sumber :



Kamis, 27 Oktober 2016

Cara Membuat Anotasi Skripsi

Setiap mahasiswa tentu perlu membuat skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan kuliahnya. Skripsi juga dianggap sebagai momok atau sesuatu yang menakutkan bagi sebagian besar mahasiswa. Iya kaan? ngaku aja deh :p :p
Ketika udah program mata kuliah skripsi dan harus menyerahkan anotasi skripsi, sebagian mahasiswa malah binggung dan banyak tanya sana-sini tentang "gimana sih cara buat anotasi skripsi itu?" atau "makanan apa sih anotasi skripsi itu?" 
Tenaaaangg gak usah galau, saya disini ada buat membantu kalian (sok superhero) :D
Kalo di jurusan saya sih (yaitu jurusan pendidikan sejarah), anotasi skripsi ini diajukan sebagai syarat pengajuan dosen pembimbing. Mungkin kalo jurusan lain beda lagi, anotasi skripsi bisa aja sebagai syarat untuk memulai bimbingan sama dosen yang udah ditetapkan sama jurusan karena beda kampus beda cerita ^___^

Langkah pertama:
Tulis dulu keterangan diri, seperti nama, nomer induk mahasiswa, tema skripsi yang akan diambil, judul skripsi yang akan diambil, dan terakhir adalah dosen pembimbing yang diinginkan beserta NIP dosen.

Langkah kedua:
langkah berikutnya adalah tulis alasan kenapa kamu memilih judul tersebut untuk dijadikan skripsi, entah itu karena judul dan temanya menarik atau karena belum ada yang membahas, daaan jangan lupa sertakan juga deskripsi singkat mengenai judul skripsi yang kamu pilih.

Langkah terakhir:
langkah terakhir ini adalah yang terpenting dari anotasi skripsi karena disini bisa terlihat keseriusanmu dalam mengambil program skripsi dan pengajuan dosen pembimbing skripsi. Pada langkah terakhir ini, cantumkan anotasi buku sebanyak maksimal 5 buku yang berhubungan dengan judul skripsi atau tema skripsi yang kamu ajukan. Naaah buat mahasiswa sejarah atau pendidikan sejarah bisa juga cantumkan anotasi sumber primer (arsip, majalah, atau koran) kalau adaaa yaa, cukup 1 atau 2 sumber. Kalo gak ada yaa cukup anotasi buku aja. Dalam anotasi buku, hal pertama yang harus dilakukan adalah cantumkan sumber, setelah itu deskripsi singkat mengenai buku tersebut

Buat yang masih binggung, tenang jangan panik. Saya disini bakalan share contohnya, yaitu screenshot tugas anotasi skripsi saya

Langkah pertama dan kedua





Langkah terakhir: contoh sumber primer

Langkah terakhir: contoh sumber buku

Selamat berjuang dan selamat mencoba ^^

Find Article